Setiap berganti bulan dari Juli menuju Agustus, seluruh rakyat Indonesia begitu bergembira bersiap menyambut sebuah peristiwa besar dan bersejarah bagi bangsa Indonesia. Awal bulan hiasan merah putih sudah tapak di mana - mana dari mulai perumahan, perkantoran, sekolah - sekolah hingga pusat perbelanjaan sekalipun. Di bulan Agustus inilah tepatnya tanggal 17 negara Republik Indonesia terlahir menjadi sebuah negara yang berdaulat setelah lebih dari 3,5 abad berada di tangan penjajah. Tahun ini Indonesia kita tercinta genap berusia 64 tahun, sebuah usia yang sudah amat tua tentunya bila dibandingkan dengan umur manusia. Berbagai agenda pun sudah disusun dari mulai upacara kemerdekaan, festival kebudayaan, berbagai macam perlombaan, dan lain sebagainya. Bahkan tahun ini Indonesia juga menciptakan sebuah rekor dunia mengadakan penyelaman dengan jumlah peserta terbanyak di dunia mencapai 2.465 peserta (http://www.liputan6.com/) dan memecahkan rekor melaksanakan upacara di bawah laut dengan peserta mencapai 2.468 penyelam baik dari warga negara Indonesia maupun penyelam dari berbagai negara. Tapi dari berbagai macam agenda yang diselenggarakan untuk memperingati kemerdekaan Indonesia ada sebuah pertanyaan dalam pikiranku bahkan mungkin seluruh masyarakat di bangsa ini yang begitu menggelitik Sudahkah Indonesia merdeka sesungguhnya?
Sebuah pertanyaan yang gampang - gampang sulit untuk menjawabnya, perlu pula suatu observasi yang lama untuk membuktikannya. Tapi jika pertanyaan tersebut kita jawab gampang memang karena Indonesia sudah merdeka secara fisik tak ada lagi perang melawan penjajah. Susah jika kita melihat realita selama 64 tahun usia kemerdekaan negara kita, jika kita sadari dan hayati betul negara ini masih berada dalam jajahan bangsa lain, tapi dalam keadaan yang berbeda tentunya. Bila dulu kita dijajah dengan berperang tapi sekarang hamper seluruh aspek kehidupan negeri ini dijajah. Memang di negeri ini tidak ada lagi romusha, kerja paksa, atau tanam paksa, tapi negara kita ini masih sering “dibodohi” oleh negara - negara asing macam Amerika, Inggris, Jepang, dan sebagainya.
Tengoklah dari segi ekonomi berbagai perusahaan asing masih “menjajah” negara ini terutama dalam pengolahan Sumber Daya Alam (SDA) di negara kita tercinta, banyak yang terkesan ingin menghabiskan kekayaan alam di Indonesia. PT Newmont dan PT Freeport dua perusahaan Amerika yang bergerak di bidang pengolahan emas dan tembaga PT Newmont berada di Minahasa, Sulawesi Utara dan di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat bergerak pada penambangan batu hijau, sedangkan PT Freeport terletak di Timika, Papua. Kedua perusahaan itu beberapa lalu ditegur oleh WALHI dan LSM Green Peace dikarenakan proses penambangan yang merusak ekosistem alam. Bahkan PT Newmont Minahasa pernah mencemari Teluk Buyat dengan limbah minyak hasil penambangan sehingga menyebabkan rusaknya ekosistem laut, PT Newmont Nusa Tenggara pu setali tiga uang di Kabupaten Sumbawa Barat PT Newmont juga member Indoensia kenang - kenangan lubang bekas galian yang dapat mengakibatkan longsor.
Selain dua perusahaan itu masih ada berbagai perusahaan asing yang menjajah perekonomian negara ini antara lain PT Caltex Oil perusahaan tambang minyak bumi di Palembang, PT Shell Advance mengeksplorasi minyak di lepas pantai Kepulauan Riau, di Kabupaten Bojonegoro tercinta juga ada PT BP Migas, PT Exxon Mobile Ltd, dan PT Petrochina yang semuanya bergerak di bidang tambang minyak dan gas. Selain itu berbagai perusahaan asing juga cukup kuat cengkeramannya dalam perekonomian seolah - olah tanpa mereka negara ini tidak bisa “bernafas”.
Pada sektor pertahanan keamanan? Sama saja produk - produk perang ber- made in USA, made in Rusia, made in France dan made in - made in yang lain juga begitu banyak dan mungkin Jenderal TNI saja tidak hafal jumlahnya apa lagi kita wong cilik. Coba kita sejenak menengok dengan India yang telah menghasilkan kapal selam buatan sendiri, memang Indonesia baru - baru ini juga dapat memproduksi tank - tank sendiri yang diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia, tapi saat diresmikan dan dicoba langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pintu tank macet sehingga presiden yang berada didalamnya terpaksa dievakuasi melalui atas tank. Sebuah peristiwa yang lucu dan memprihatinkan sekaligus memalukan bukan bagi seorang nomor satu di negara ini. Bisa kita bayangkan jika hal itu terjadi pada suatu perang mungkin belum sempat menyerang akan diserang dahulu hanya karena “pintu macet”.
Kita sebagai penduduk pribumi tentu tak bisa terus menjadi penonton di negara sendiri apa lagi free trade sudah mulai digeber, sudah tentu tenaga - tenaga asing akan semakin banyak lagi berdatangan ke negara ini. Oleh karena itu kita bentengi diri kita dengan pengetahuan umum lebih - lebih pengetahuan agama dan nilai - nilai sosial hal ini dikarenakan para orang asing itu tentu akan membawa kebudayaan yang di negaranya jadi jangan heran bila secara tidak kita sadari kita telah kehilangan kebudayaan khas orang timur. Menjajah nilai - nilai sosial masyarakat inilah yang begitu berbahaya bangsa asing memberikan kita sebuah have fun yang akan memabokkan bangsa Indonesia sehingga cenderung jalan di tempat. Kita tidak perlu jauh - jauh mencari contohnya ya mungkin itu terjadi pada diri kita sendiri mewabahnya pemakain hanphone, komputer, demam televisi khususnya sinetron bagi kaum hawa dan berbagai barang teknologi. Diri kita lebih asyik dimabokkan dengan segala fasilitas hidangan bangsa - bangsa asing yang sebenarnya manfaatnya cenderung minim. Jangan sampai budaya asli negara kita yang telah ada terkikis oleh budaya “jajahan” bangsa lain sehingga menyebabkan gejolak di masyarakat.
Kita juga harus terus meningkat kualitas SDM dengan cara meratakan pendidikan di negara ini, atau bisa diadakan pelatihan - pelatihan khususnya kepada mereka masyarakat pedesaan yang mau tidak mau harus terkena dampak globalisasi. Sebagai warga negara Indonesia turut berpartisipas dan mengawasi elemen - elemen asing yang ada di negara bukan su’udzon tapi Cuma sekedar ingin tahu apa saja yang mereka kerjakan dan berikan kepada Indoenesia supaya kita tidak salah persepsi.
Jadi kita sadari pekik MERDEKA! Yang kita ucapkan harus ada aplikasinya di kehidupan sehari bagi berbangsa dan bernegara karena sebenarnya bangsa kita masih terjajah dalam berbagai sektor kehidupan. Mari kita bersama - sama membebaskan penjajahan dari negara ini yang selama 64 tahun masih membelenggu kita setelah itu barulah kita pekikkan kata MERDEKA ! MERDEKA ! MERDEKA ! sekeras - kerasnya, sekencang - kencangnya. Selamat Ulang Tahun ke 64 Negaraku Tercinta Indonesia, aku akan membelamu sepenuhnya. I Love You Full My Nation Indonesia !
Andreas Avi Rista XII IPS 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar