Selasa, 15 Desember 2009

Hegemoni Terbentur Biaya


Pertandingan Persibo Bojonegoro vs PSIM Jogjakarta baru saja berakhir dengan skor fantastis 5-0 untuk Persibo. Kemenangan yang mengantarkan Persibo menjaga rekor tak pernah terkalahlan pada laga kandang sekaligus mengerek posisi Peribo di peringkat 5 klasemen sementara wilayah 3. Pertandingan sebenarnya berjalan menarik sepanjang pertandingan Persibo menguasai permainan, tapi ada satu hal yang terlihat agak ganjil di dalam Stadion Letjen H. Soedirman. Hal tersebut tentu menyusutnya jumlah penonton yang menonton langsung di stadion, jumlah penonton cenderung menurun bila dibandingkan ketika Persibo berlaga di Divisi I musim lalu.
Penyusutan ini memang bukan tanpa sebab, ada beberapa faktor yang menyebabkan turunnya jumlah penonton di stadion. Faktor pertama, dua kekalahan beruntun ketika laga tandang melawan PSBI Blitar 2-1 dan lawan Persipro Probolinggo yang berakhir 1-0. Dua kekalahan tandang itu setidaknya secara tidak langsung mempengaruhi greget para penggila bola di Bojonegoro untuk datang ke stadion. performa Persibo yang cenderung tidak stabil dengan “hanya” menang di kandang membuat orang mempertanyakan target persibo musim ini yakni promosi ke Superliga musim depan. Jika ditengok dari performa Persibo di kualifikasi Piala Gubernur kemarin di Kediri, Piala Samawis di Semarang dan 5 laga awal Divisi Utama, tercermin target itu ibarat sebuah beban yang luar biasa berat di pundak skuad Laskar Angling Dharma. Belum lagi status sebagai unggulan di wilayah 3 yang mengakibatkan setiap tim yang melawan Persibo bersemangat untuk mengalahkan The Giant Killer.
Faktor kedua yang mengakibatkan menyusutnya jumlah penonton yakni laga Divisi Utama yang dilaksanakan pada hari Senin dan Jum’at, kita ketahui pada dua hari itu orang - orang sibuk dengan aktivitasnya bahkan sampai sore hari, banyak instansi pemerintahan dan perkantoran serta sekolah yang beraktivitas hingga sore sehingga mereka lebih memilih profesinya daripada menonton Persibo, suatu hal yang dilematis bukan? mereka ingin melihat tapi disisi lain mereka terkendala benturan dengan agenda yang lebih penting. Hal ini berbeda ketika pertandingan melawan Persigo Gorontalo pada laga kandang pertama Persibo yang dilaksanakan hari Minggu, penonton terlihat begitu antusias. Bahkan jam 14.00 WIB Stadion Letjen H. Soedirman sudah terisi hamper separuh lebih , ini berbeda ketika melawan PSIM Jogjakarta dan PSS Sleman. Bahkan ketika melawan PSS Sleman stadion tidak terisi penuh hingga akhir pertandingan, ini tampak di tribun utara dan selatan.
Faktor berikutnya penyebab menurunnya jumlah penonton yaitu harga tiket masuk stadion yang tidak terjangkau. Memang jika dilihat dari tingkat perekonomian masyarakat Bojonegoro secara keseluruhan harga tiket Rp 20.000,- untuk ekonomi dan Rp 50.000,- untuk VIP memang teramat berat. Masih banyak kebutuhan lain yang lebih prioritas daripada menonton pertandingan sepakbola dengan segala ketebatasan fasilitas. Jika kita menengok ke kabupaten tetangga kita Kabupaten Lamongan, yang notabenenya Persela Lamongan berlaga di kasta tertinggi Indonesia yakni Liga Super, kita patut sedikit iri ini dikarenakan meskipun berlaga di Superliga harga tiket mereka lebih terjangkau Rp 15.000,- untuk ekonomi, Rp 35.000,- untuk VIP dan Rp 55.000,- untuk VVIP. Beralih ke selatan tepatnya menuju kota Kediri disana markas tim Persik Kediri, lagi - lagi kita patut sedikit menahan kekecewaan Persik yang juga berlaga di Liga Super memberlakukan harga tiket lebih murah dari di Bojonegoro Rp 15.000,- untuk ekonomi, Rp 30.000,- untuk tribun utama, dan Rp 40.000,- untuk VIP.
Jika kita telaah lebih jauh lagi dan kita bandingkan dengan dua tim Jawa Timur yang berlaga di Liga Super tersebut kita harus mengakui kualitas stadion kita dibawah mereka. Namun, berbicara harga tiket masuk justru merekalah yang sedikit lebih “ngirit”, tentu harga tiket Rp 20.000,- untuk ekonomi dan Rp 50.000,- patut kita tanyakan. Jangan sampai ada pihak yang tak bertanggung jawab yang sengaja bermaksud menyalahgunakannya. Jika pemasukan itu untuk dana operasional pertandingan dan pemasukan bagi kas Persibo itu tentu bagus. Di lain pihak, pihak panpel (Panitia Penyelenggara), manajemen Persibo dan pihak ketiga dalam hal ini Merdeka Management selaku pengelola tiket masuk Persibo harus transparan kepada publik Bojonegoro karena ini menyangkut untuk apa saja uang hasil pemasukan tiket digunakan.
Ada dari masyarakat Bojonegoro yang beranggapan bahwa hasil pemasukan tiket ini banyak diambil oleh pihak ketiga, mereka beragumen ketika belum kerjasama dengan pihak ketiga tiket masuk stadion masih dalam tarif yang normal - normal saja, tapi begitu Persibo menggandeng pihak ketiga selaku pengelola tiket masuk pertandingan tiket naik. Tentu jika kita selaku orang awam yang hanya bisa “manut” atasan hal tersebut sesuai dengan logika, tapi inilah resikonya jika tidak adanya tranparansi. Tentu kita tidak mau menyalahkan berbagai pihak yang terpenting kesadaran kita dari pihak - pihak yang bertanggung jawab mengelola tiket masuk pertandingan kandang Persibo. Tak hanya itu suatu pekerjaan rumah lain yakni mengajak para Boromania untuk memasuki stadion dengan menggunakan tiket diharapkan mereka yang masih menjadi “supporter illegal” mau sadar membeli tiket jika masuk ke stadion.
Diharapkan kenaikan harga tiket ditinjau ulang jangan sampai hegemoni hingar bingar Persibo di Divisi Utama harus redup hanya karena mahalnya harga tiket masuk. Tak hanya itu adanya tranparansi dari pengelola tiket masuk dapat mengugah masyarakat semakin sadar bahwa uang yang mereka belanjakan tiket akan masuk ke kas Persibo yang ujung - ujungnya dapat memenuhi kebutuhan Persibo yang akhirnya dapat mendongkrak performa Persibo. Dengan begitu harapan publik Bojonegoro untuk melihat tim kebanggannya berlaga di Liga Super musim depan bukan hanya sekadar impian belaka, tapi juga bisa direalisasikan ke depannya. Satukan tekad dan potensi menuju superliga dan Bojonegoro lebih Matoh. Forza Persibo! Go Bojonegoro Matoh!

Avi Rista Midaada
XII IPS 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar