Senin, 19 Oktober 2009

Profil Wapres Boediono

Ketika SBY bertanya kepada Boediono, bersediakah ia jadi calon wakil presiden, ekonom itu tak langsung menjawab "ya". Tawaran orang No.1 di Indonesia itu tentulah mengejutkannya. Itu sebuah kehormatan yang sebelumya tak terbayangkan. Seperti diucapkannya dalam pidato penerimaan di Gedung Pertemuan Sasana Budaya Ganesha, Bandung, 15 Mei 2009, ia, yang memulai karirnya sebagai guru dan ekonom, tak pernah bercita-cita menduduki jabatan puncak dalam Republik.

Boediono pun minta kepada SBY agar ia diberi waktu berpikir. Dua hari, mungkin lebih dari dua hari kemudian, ia datang kembali. Kepada SBY ia mengatakan, perlu dipertimbangkan bagaimana nanti keadaan Bank Indonesia jika ia jadi calon wakil presiden. Sebab jika ia menerima tawaran SBY, jabatan Gubernur Bank Indonesia harus segera diisi.

SBY justru senang dengan sikap Boediono. Dalam diri ekonom ini tampak kehendak untuk pertama-tama memikirkan tanggungjawabnya kepada institusi yang dipimpinnya, dan bukan memikirkan jabatan bagi dirinya sendiri.

SBY telah menemukan orang yang tepat – dan Boediono pun jadi calon wakil presidennya untuk pemilihan 2009 ini. Mengingat Boediono bukan orang orang yang punya dukungan massa atau partai, SBY menunjukkan sikap yang berani. Ia mengambil keputusan yang "tidak populer". Tetapi di sini tampak tekadnya untuk menegakkan pemerintahan yang bersih, bukan hanya dengan retorika, tetapi dengan tindakan dan tauladan.

Boediono terkenal bersih. Sebagai pejabat ia menyetir sendiri mobilnya di hari Sabtu dan Minggu, sebab sopir yang ditugasi membawa mobilnya adalah pegawai yang dibayar Negara, bukan dibayarinya sendiri. Ia juga terkenal hidup sederhana. Seorang wartawan yang pernah umroh bersama Boediono bercerita, bahwa Boediono memilih membeli baju seharga 8 dollar satunya, meskipun ada seorang pengusaha yang mau membelikannya baju seharga 50 dollar.

Di bawah Presiden Megawati, ia pernah dengan halus menolak perintah untuk menggunakan dana di luar APBN untuk membeli pesawat terbang dari sebuah negara asing. Ia siap untuk diberhentikan ketimbang melanggar undang-undang.

Dituduh "neo-lib" oleh mereka yang mau mendeskreditkan dirinya dan memburuk-burukkan kebijakan SBY, ia justru seorang yang percaya bahwa pasar tidak bisa sepenuhnya dibiarkan sendiri. Tetapi untuk itu, harus ada Negara yang efektif. Dan Negara yang efektif adalah Negara yang bersih, bebas dari korupsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar